6 Langkah Konkret “Mengikat” Tim Potensial Agar Tak Dibajak

6 Langkah Konkret “Mengikat” Tim Potensial Agar Tak Dibajak

Pada umumnya, banyak perusahaan yang tahu cara merekrut dan menciptakan karyawan yang berkompeten. Namun ternyata tidak banyak yang dapat menerapkan strategi mempertahankan karyawan terbaik yang dimilikinya. Maka dari itu Konner akan menjabarkan 6 Langkah Konkret “Mengikat” Tim Potensial di Perusahaan Anda.

 

Karyawan merupakan suatu aset penting dalam sebuah perusahaan. Tanpa adanya karyawan maka perusahaan tidak akan bisa berjalan sebagaimana mestinya. Sama halnya dengan pembuatan tim yang potensial akan membawa perusahaan melangkah dan berkembang lebih jauh lagi.

 

Namun seperti kata bijak orang tua zaman dahulu bahwa “Tak ada penyakit yang tak ada obatnya”, kita harus tetap mengusahakan agar perusahaan tidak kehilangan potensi hebat dari para timnya. Hal tersebut dapat dilakukan melalui hal-hal berikut.

 

Kesempatan memimpin pertemuan

 

Buang jauh pikiran Anda bahwa untuk mendapatkan kesempatan mengambil peran utama dalam sebuah meeting haruslah memikirkan masa jabatan atau senioritas. Berilah kesempatan bagi tim untuk terlibat pada kelompok kecil dan memiliki peran utama dalam sebuah program atau proyek. Setiap benak dari mereka pasti menginginkan perkembangan, dan itu dapat berawal dari atas meja. Kesempatan dalam menyampaikan ide baru dan feedback dari rekan kerja dapat meningkatkan rasa terima kasih mereka terhadap perusahaan.

 

Terapkan ide kreatif

 

Berdayakan tim untuk tidak hanya berbagi gagasan, tapi juga mendidik orang lain tentang cara-cara yang mungkin untuk mewujudkannya. Di kantor layanan karir saya, misalnya, seorang anggota staf menyarankan dan menyiapkan pembagian layar untuk meninjau riwayat hidup secara online dibandingkan dengan jadwal pertemuan orang-orang.

 

Bekerja dengan mentor

 

Menyediakan mentor merupakan salah satu cara bagi perusahaan untuk dapat mempertahakan tim potensialnya dengan baik. Dalam hal ini, karyawan akan senang jika dapat menjadikan seseorang sebagai mentor dalam masalah pekerjaan (maupun dalam masalah personal). Bagi perusahaan yang memiliki ahli dalam bidang pekerjaan, komunikasikanlah jika mereka tidak boleh pelit ilmu. Tindakan tersebut merupakan upaya engaging employee. Dengan begitu, mereka akan mendapatkan perspektif baru dan umpan balik yang obyektif.

 

Menurut Laura Aiken, senior account executive di Travelers, hubungan dengan mentor tidak selalu harus formal. “Ketika saya magang di Travelers, saya menghabiskan waktu minum kopi dengan seorang penjamin emisi yang berhasil memberikan panduan yang membantu saya menilai kemampuan saya untuk masuk ke lapangan.”

 

Jadilah mentor kebalikan

 

Beri juga kesempatan tim berperan sebagai mentor bagi atasan. Teknologi adalah contoh yang bagus untuk dijadikan bahan berbagi ilmu. Namun jika yang hanya dijadikan objek mentoring hanya teknologi, lama-lama millennials akan terganggu, apalagi hanya minta diajarkan bagaimana caranya bermain Instagram. Mintalah perspektif mereka tentang beragam gagasan bisnis versinya, termasuk strategi paling tepat untuk meraih perhatian.

 

Lakukan percakapan jujur

 

Mengungkapkan kejujuran mungkin menyakitkan, dan awalnya akan tidak nyaman, tatkala mendengar kritik dan umpan balik dalam iklim komunikasi di perusahaan. Namun lama-kelamaan, tim akan tangguh dan ingin belajar untuk menangkap kenyataan tersebut sebagai bentuk kepedulian.

 

Tugas yang perlu Anda selesaikan adalah meningkatkan kemampuan berbicara di depan umum dan belajar memotivasi sehingga dapat mendorong tim tampil lebih baik dan dianggap lebih serius. Hal ini akan membuat tim lebih mudah dalam menerima kritik yang konstruktif. Semakin awal mereka mendapatkan umpan balik terkait sepakterjangnya soal pekerjaan, semakin sadar diri mereka dan terbangun. Ini jelas ciri penting dalam sebuah kesuksesan: berani belajar menjadi lebih baik.

 

Pindah ke atas

 

Seorang karyawan selalu berpikir jauh tentang dirinya dalam sebuah perusahaan. Pada titik mana saya seharusnya pergi jika melihat potensi saya? Bila mereka tidak melihat kerja kerasnya dalam mencapai satu posisi di perusahaan tidak membaik, kemungkinan besar mereka berjalan perlahan keluar pintu perusahaan.

 

Untuk menyiasatinya, suguhkan program pengembangan kepemimpinan dan pelatihan untuk semua karyawan. Ingat bukan hanya untuk mereka yang “berpotensi tinggi”. Yang ada nanti terjadi kecemburuan. Lagi pula, bukankah masuk akal bagi perusahaan untuk menganggap semua karyawannya sebagai sosok-sosok yang berpotensi tinggi?

 

Untuk memiliki tim yang ideal dibutuhkan jam terbang dan keahlian khusus yang harus sejalan dengan visi misi perusahaan. Maka dari itu, suatu perusahaan perlu melakukan beberapa hal di atas utuk membuat tim yang potensial dan dapat menjalan tugasnya dengan baik.